Bengkulu dalam Jaringan Pelayaran Pantai Barat Sumatra Abad XVIII-XIX M.

Abas Musofa, Ahmad (2018) Bengkulu dalam Jaringan Pelayaran Pantai Barat Sumatra Abad XVIII-XIX M. IAIN Bengkulu.

[img]
Preview
Text
abas bengkulu dalam pelayaran.pdf

Download (425kB) | Preview

Abstract

Abstrak Lahirnya kota-kota dagang di Pantai Barat Sumatra terbagi menjadi dua fase, yaitu pertama; masa Hindu-Budha hingga munculnya Kesultanan Islam. Fase ini pelabuhan yang ramai dikunjungi adalah Lamuri, Barus, Tiku dan Pariaman. Kedua; datangnya kolonial seperti Belanda dan Inggris yang memiliki peranan dalam perdagangan, pelayaran dan hegemoni politik1. Fase ini kota pelabuhan yang tumbuh dan berkembang yaitu Meulaboh, Sibolga, Padang, Bengkulu dan Panjang. Jaringan pelayaran terbentuk karena adanya perdagangan laut yang menyebabkan berdirinya bandar-bandar persinggahan kapal di sepanjang pantai Bengkulu. Sehingga jaringan pelayaran dari Banten, Bengkulu, Padang, Sibolga, hingga Aceh menjadi ramai. Ada beberapa bandar utama yang berkembang di kawasan Bengkulu sejak abad ke-17 yaitu Muko-muko, Bantal, Ipuh, Lais, Muara Sungai Bengkulu, Teluk Segara, Teluk Selebar, Manna dan Krue. Adapun kerajaan-kerajaan lokal yang ada di Bengkulu yaitu Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sungai Itam, Kerajaan Depati Tiang Empat, Kerajaan Mukomuko dan Kerajaan Kaur. Komoditas perdagangan yang diperjual belikan meliputi hasil ternak dan hasil kebun atau hutan. Komoditas unggulan yaitu lada, pala dan cengkeh. Selain Inggris dan Belanda kapal pedagang portugis, Perancis dan Amerika juga datang ke Bengkulu. Sebelum Inggris dan Belanda yang memonopoli perdagangan yaitu Kesultanan Aceh dan Kesultanan Banten. Pengaruh Kesultanan Banten terasa di Bengkulu bagian selatan terutama di Selebar sampai Krui dengan utusannya dinamakan jenang yang memonopoli perdagangan. Pengaruh Aceh terutama dari Air Urai sampai utara utusannya dinamakan panglima yang juga memonopoli perdagangan. Inggris yang berkuasa di Bengkulu dari tahun 1685-1824 memiliki kurang lebih 55 perwakilan sedangkan masa Belanda yaitu dari tahun 1825-1942 kurang lebih 27 perwakilan. Sampai awal abad ke-19 pelabuhan Bengkulu dikunjungi oleh kapal dagang dari berbagai wilayah. Akan tetapi setelah jalan darat terbuka, para pedagang memanfaatkan angkutan darat sehingga barang yang biasanya diangkut dengan kapal berubah ke angkutan darat. Sejak itu jumlah kapal ke pelabuhan Bengkulu merosot karena banyak hanya lewat di pelabuhan Bengkulu menuju pelabuhan lainnya terutama ke Padang. Kondisi ini berlangsung terus yang akhirnya pelabuhan Bengkulu menjadi kurang penting sejak awal abad ke-20. Kata Kunci: Bengkulu, Jaringan Pelayaran, Pantai Barat Sumatra.

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: Bengkulu, Jaringan Pelayaran, Pantai Barat Sumatra.
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
Divisions: Ushuluddin Adab dan Dakwah > Sejarah Kebudayaan Islam
Depositing User: Syahril Syahril M.Ag
Date Deposited: 25 Feb 2020 01:24
Last Modified: 11 Jun 2020 02:01
URI: http://repository.iainbengkulu.ac.id/id/eprint/4202

Actions (login required)

View Item View Item